Reboan

#AADC2; Angka 2 dan Tanda Tanya itu?

1

Malam minggu kemarin, saya dan istri berkesempatan menonton sekuel dari sebuah film legendaris Ada Apa Dengan Cinta? yang dulu pertama tayang di 2002. Tak bisa dipungkiri, kami memang menunggu film ini. Dan, melalui tulisan ini saya ingin berbagi perasaan dan kesan dari acara nonton kami ini. Sebagai pengingat, ini bukan tulisan review film sebagaimana teman saya biasa lakukan. Saya jauh dari kapasitas itu.

Keterikatan Setting AADC dan AADC2 Bagi Kami

Dari sejak pertama diumumkan untuk dibuat sekuelnya, saya pribadi merasa sangat excited. Pertama, dan ini mungkin alasan dari hampir semua fans AADC dahulu, adalah adanya keterikatan emosi antara kehidupan kita sebagai fans dan setting dalam film tersebut. Bagi kami, AADC bukan sekedar film, lebih dari itu AADC adalah kisah bersama.

Buat saya pribadi, Rangga yang dalam adegan terakhir pergi untuk menggapai cita-cita demi Cinta adalah representasi diri. Saya menonton film AADC dulu dengan kondisi LDR (Long Distance Relationship) karena harus mencari kuliah gratisan di Jakarta. Sementara “si Cinta” yang ingin saya ajak menonton sedang pula kuliah di Jogja, yang ini tidak gratisan.

Rangga yang menjanjikan akan kembali dalam satu purnama untuk Cinta. Sedangkan saya adalah seorang anak culun, yang menganggap semua anak SMK hanya akan lulus dan mencari kerja. Tiba-tiba harus “setengah gila” mendapati pujaan hatinya kuliah di Jogja, kedokteran gigi pula !!! Maka mengutip janji si Rangga, saya pun berjanji akan pulang dengan bangga demi mendapatkan cintanya. Bukan untuknya, tapi untukku. Hash…

Saya yakin, banyak sekali setting yang secara magis mengikat para fans seperti saya dan istri. Tidak heran tiket bioskop untuk film ini laris manis, bahkan kalau bisa pesan di depan. Beruntung saya sempat beli tiket di pagi hari dan menonton di malam harinya, bersama si Cinta yang telah kudapatkan cintanya. Hingga sekarang beranak 2(dua). Iya, dua, seperti AADC yang sudah menyertakan angka dua di belakang judulnya. Tapi kami menonton film ini hanya berdua, tanpa anak-anak karena memang film ini ratingnya untuk remaja/dewasa.

Angka 2 dan Tanda Tanya Itu

Dengan membawa memori versi masing-masing, semua penonton pasti kemudian punya ekspektasi. Perlu dicatat sebelumnya bahwa fans AADC tentu sekarang kondisinya sudah berbeda. Saya yang dulu nonton dari kepingan bajakan dan itu pun numpang di kamar kost teman, sekarang sudah bisa beli tiket nonton di eks-eks-wan, hehehe. Dari kondisi itu sudah cukup jelas bahwa ekspektasi sangat mungkin menjadi terlalu tinggi.

Soal drama, saya rasa film ini tidak terlalu drama dalam hal alur cerita. Sebagai contoh, kenapa kemudian si Rangga memutuskan Cinta hanya melalui secarik kertas surat di era modern ini. Ternyata hanya karena Rangga merasa tidak mampu memenuhi bisikan Ayah Cinta saat kunjungan ke New York sebelumnya. Dia merasa belum mapan dan bisa membahagiakan sang pujaan hati.

Rasa malu yang seolah sederhana sekali, namun sudah kian langka untuk saat ini.

Kemudian, yang senantiasa di tunggu dari Rangga tentu puisi-puisinya. Belum lekang dari ingatan betapa film AADC sangat bisa memasyarakatkan sastra dan mensastrakan masyarakat. Bahkan, buku AKU karya Sumandjaya mendadak laris dan dicetak ulang. Begitu juga dalam sekuelnya di AADC2, Rangga tetap mempesona dengan puisi-puisinya.

Si Cinta tetap sangat mendamba puisi dari Sang Rangga. Bacalah puisi dengan judul “Batas”. Yang kemudian akhirnya mampu mengubah segala asumsi ending dari AADC2:

2



Batas – M. Aan Mansyur


Semua perihal diciptakan sebagai batas. Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain. Hari ini membatasi besok dan kemarin. Besok batas hari ini dan lusa. Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara dan kantor walikota, juga rumahmu dan seluruh tempat di mana pernah ada kita.

Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta. Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi ini dipisah kata-kata. Begitu pula rindu, hamparan laut dalam antara pulang dan seorang petualang yang hilang. Seperti penjahat dan kebaikan dihalang uang dan undang-undang.

Seorang ayah membelah anak dari ibunya—dan sebaliknya. Atau senyummu, dinding di antara aku dan ketidakwarasan. Persis segelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpi dari tidur.


Apa kabar hari ini? Lihat, tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.
Tanda Tanya Itu…
Kenapa saya katakan puisi diatas menjadi klimaks pengubah akhir AADC2 ? Bagi saya pribadi, terasa sangat epic pada saat dulu AADC diakhiri dengan janji seorang Rangga untuk kembali dalam satu purnama. Benar-benar menyisakan tanda tanya di benak semua fans hingga ratusan purnama. Tapi di AADC2 tanda tanya itu berubah jadi angka 2.
Puisi “Batas” benar-benar membawa saya pada awang seperti halnya dulu AADC akan berakhir. Tapi saat kemudian Cinta memutuskan pergi ke New York dan mengakhiri semua tanda tanya yang ada. Tidak Ada lagi fans yang akan mengasumsikan bagaimana akhirnya hubungan Cinta dan Rangga. Tidak ada tanda tanya hari ini, tidak di New York atapun Jakarta. Jadi jangan tanyakan lagi; Ada Apa Dengan Cinta?

@hartantoID

4 Comments

  1. adiitoo Mei 3, 2016
  2. Hartanto Mei 3, 2016
  3. Unknown Mei 5, 2016
  4. Hartanto Mei 5, 2016

Leave a Reply