Reboan

Suluk Raden Kopi (2) : 5 Tips Bekerja dari Rumah

Seiring alih profesi saya dari sebelumnya 11 tahun sebagai karyawan dan sekarang jadi full-time entrepreneur, saat ini saya jadi lebih sering bekerja dari rumah. Meskipun sebenarnya sewaktu bekerja di perusahaan terakhir saya juga sudah sering memulai remote working. Hal ini karena si big boss juga dalam sebulan ngantor paling banter seminggu. Jadi ya koordinasi lebih sering menggunakan komunikasi jarak jauh.
Sekarang, semenjak tidak punya boss lagi, praktis tempat kerja saya ya di rumah. Mengurus kedai kopi dan/atau unit usaha yang sedang kami rintis pun banyak dari rumah. Pengalaman bekerja dari rumah selama sekitar 11 bulan itulah yang kemudian ingin saya bagi, atau minimal catatan pribadi saya, sebagai bagian dari seri Suluk Raden Kopi.

Suluk Raden Kopi #2: 5 Tips Bekerja dari Rumah

2
SOHO : beddo

Sebagian besar pengusaha pemula (startup) memulai bisnisnya dengan markaz operasi di rumahnya. Bahkan beberapa dari garasi di samping rumahnya. Sederhananya, dari rumah juga. Para pekerja freelancer juga melakukan hal serupa, mereka melakukan usaha dan/atau pekerjaannya dari rumah.

Tapi seberapa efektif kah bekerja dari rumah jika dibandingkan dengan, misalnya, sewa kantor? Hal ini tentu tergantung dari sifat dan jenis pekerjaannya. Tapi yang pasti, bekerja dari rumah memiliki tantangan tersendiri untuk tetap menjadi produktif. Berikut tips bekerja dari rumah untuk tetap produktif.

#1. Alokasikan Ruang Tertentu sebagai Kantor

Kenapa ini adalah tips yang pertama? Karena bekerja dari rumah bukan berarti bekerja di “sekujur” rumah anda. Bisa berabe kan kalau dokumen berserakan di mana-mana? Alat kerja berserakan? ATK berhamburan?
Ini serius loh. Apalagi untuk seorang Bapak muda dengan tiga anak kecil seperti saya. Bisa senewen kalau harus berbagi space dengan mereka untuk bermain. Makanya, sesederhana apapun sangat penting untuk memiliki ruang tertentu tempat kita bekerja. 
Saya pribadi menggunakan sudut kecil antara rak buku dan area sholat yang relatif steril dari jangkauan anak-anak. Tentu mereka tetap bisa ikut berpartisipasi di meja kerja saya seperti foto berikut ini nih:

3

#2. Tentukan Jam Operasional Senyaman Mungkin

Bekerja dari rumah tentu tidak ada mesin absensi. Tapi bukan berarti kemudian kita boleh bekerja 24 jam selama 7 hari dalam seminggu. Bukan hanya tidak sehat untuk diri sendiri. Keluarga pun butuh anda untuk tetap hadir secara utuh sebagai bagian keluarga. Bukan “orang lain” yang numpang ngantor di rumah.
Karena di rumah sendiri, maka pergunakanlah keunggulan anda berupa kebebasan mengatur jam operasional senyaman mungkin. Meskipun tidak bisa dipungkiri, dalam banyak kasus pengusaha pemula waktu kerja menjadi sangat tidak menentu. Maka sangat penting untuk bisa memiliki penafsiran anda sendiri terhadap frasa berikut;

Berkantor di rumah, bisa kerja kapan saja dan libur kapan saja.

Sekedar sharing, saya sendiri menetapkan waktu operasional kantor di rumah saya minggu – kamis. Mulai bekerja setelah shubuh, dengan jeda waktu dhuha, waktu dhzuhur, makan siang, dan berakhir selepas ashar.

Di luar itu, waktu ketemu dengan beberapa kolega saya anggap waktu saya bersosialisasi di luar jam kantor.

#3. Jaga Mood dengan Tetap “Berangkat Ngantor”

Tips yang berikut ini saya dapat dari owner perusahaan terakhir tempat saya bekerja dulu. Beliau pernah bilang; untuk jaga mood, tetaplah bedakan penampilan antara santai di rumah dan waktu ngantor di rumah.

Ini saya jalankan dan terbukti berhasil untuk jaga mood. Tetap mandi pagi dan berpenampilan dengan pakaian kerja, meskipun tentu bukan seragam. Hal ini juga menunjukkan bagaimana kita menghargai diri dan pekerjaan kita.

#4. Tetap Bekerja dengan Target

Kalau sudah bekerja dengan waktu yang kita atur sendiri sesuai kebutuhan produktifitas kita. Dengan tempat dan suasana yang kita atur sendiri. Tentu sangat logis jika kemudian kita bisa meraih target yang kita tetapkan sendiri.

Dalam kenyataannya, banyak kemudian para pengusaha pemula menjadi lupa menentukan target. Mereka terlena dengan kondisi kebebasan yang tidak jarang menjadi tujuan yang terbayang di awal. Saya sendiri selalu mengingatkan diri saya bahwa dengan keputusan saya menjalani usaha sendiri, sebisa mungkin target yang saya raih harus lebih dari apa yang sudah saya capai di tempat kerja sebelumnya.

Tokh dengan bekerja sendiri (berwirausaha) saya mempunyai kendali penuh atas faktor-faktor pendukung produktifitas saya.

4

#5. Atur Meeting di Luar Rumah

Ini hal yang paling menyenangkan menurut saya. Meskipun sebagian menganggap ini sebagai kelemahan, karena kita tidak punya ruang meeting khusus. Bagi saya, dengan kantor di rumah, berarti ruang rapat saya dengan klien adalah di manapun tempat di luar rumah.

Dalam perkembangannya sekarang, ruang meeting menjadi lebih flexible. Bisa di kedai kopi milik teman, restoran kegemaran klien yang akan ditemui, lobby hotel, tempat jogging, bahkan warung kopi di pinggir pantai.

Buat saya, hal ini juga menjadi ajang pembuktian bagi saya bahwa nilai diri tidak dapat diukur dari tempat. Tetapi lebih kepada bagaimana kita diterima sebanyak mungkin relasi dengan rentang yang sangat bervariasi.

Di era digital ini, ada juga pilihan ruang rapat di dunia maya. Sebagaimana yang sering saya lakukan dengan teman-teman saya di IDcaster, juga dengan beberapa klien dengan domisili di luar kota yang berjarak sementara meeting terkadang mendadak.

Dalam kasus demikian, asal ada jaringan internet, maka SOHO (Small Office Home Office) atau tempat mana pun bisa menjadi ruang rapat bagi saya. Tentu harus juga disesuaikan tampilan dengan kebutuhan meeting yang akan dilakukan.

Insya Allah, saya akan tulis catatan saya terkait meeting online ini di seri berikutnya. Semoga catatan ini bermanfaat.

Salam Teleportasi Manfaat

@hartantoID

Leave a Reply