Kamisharing

Ayam dan Ular – Anda Tipe yang Mana Nih?

KamiSharing kali ini bicara tentang Ular dan Ayam – bukan… bukan tentang dua hewan itu tapi itu adalah analogi. Analogi yang didapat dari pembelajaran tentang bisnis dari mentor. Yep… sebenarnya ini tentang dua tipe rezeki pengusaha.


Beberapa tahun ke belakang, semenjak jadi full-time entrepreneur, saya sangat beruntung dibersamai oleh orang sekeliling yang sangat suportif. Beberapa di antaranya menjadi mentor saya. Ada setidaknya 2 (dua) tipe mentor saya; satu yang saya ikut menjalankan bisnis dengannya, satu lagi yang kita ada agenda mentorship tanpa berbisnis bersama-sama.

Salah dua dari mentor yang kebetulan saya juga diajak berbisnis dengan beliau-beliau. Boleh dibilang sehari-hari saya beraktivitas bisnis di luar aktivitas professional ya dengan beliau-beliau ini. Banyak sekali pelajaran dari beliau-beliau ini, mulai dari perihal teknis sampai dengan strategis. Tak ketinggalan juga perkara psikologis dalam bisnis.

Ayam dan Ular – 2 Tipe Rezeki Pengusaha

Dua mentor saya ini sebenarnya seumuran, seangkatan, bahkan banyak terjadi irisan pergaulan dari masa remaja. Keduanya bahkan tumbuh menjadi pengusaha sedari muda, dengan latar belakang yang berdeda. Keduanya mengajarkan kepada saya setidaknya ada 2 (dua) tipe rezeki pengusaha.

“Bayangin ayam Mas, setiap hari keluar kandang buat cari makan. Setiap hari harus matuk untuk mengisi temboloknya. Yang keesokan harinya harus diisi lagi dengan cara yang sama.”

“Sebaliknya coba perhatikan ular. Keluar sarang sesekali, sekalinya dapat harus kembali ke sarang memproses apa yang sudah didapat.”

Setidaknya itu adalah dua kallimat yang kemudian menjadi pengingat bagi saya atas elaborasi pelajaran dari wejangan tadi. Yang akan saya coba bagikan dalam tulisan ini.

Tentang Mengenali Diri

Yang senantiasa saya jadikan tulang punggung pemahaman atas wejangan ini adalah perihal kemampuan mengenali diri. Dalam forum ngaji saya selalu ingat pesan guru untuk senantiasa “eling lan waspada”. Yang dalam pemahaman saya, jabarannya juga termasuk aktivitas mengenali diri.

Dalam konteks belajar bisnis, bagi saya mengenali diri ini juga termasuk di dalamnya mengenali bagaimana pola rejeki kita. Dalam sebuah wejangan di salah satu agenda Maiyah yang saya ikuti, Mbah Nun pernah berpesan untuk kita sebisa mungkin mengenali bagaimana Allah berinteraksi dengan diri kita yang masing-masing sangatlah unik. Termasuk di dalamnya, bagaimana jika Allah akan memberi kita rejeki.

Kembali kepada kedua analogi yang saya terakan di atas, maka mengenali diri dalam kaitannya dengan pola rejeki bisa diandaikan dengan mengidentifikasi tipe rejeki kita; rejeki ayam atau rejeki ular.

Contoh Ayam dan Ular – Tipe Rezeki Pengusaha

2 tipe rezeki pengusaha
Project Based – Tipe rezeki pengusaha ala ULAR

Seorang pengusaha yang model bisnisnya project based bisa diidentifikasikan sebagai rejeki ular. Mulai dari proyek percaloan dalam jual-beli, maupun proyek konstruksi besar lainnya, pada dasarnya adalah rejeki ular. Bukan sesuatu yang secara identik akan berulang.

Setiap proyek adalah layaknya mangsa bagi ular, yang setelah didapat harus dicerna dengan sempurna dalam waktu yang lama. Butuh konsentrasi tinggi bagi ular untuk berburu hingga kemudian harus menepi dan “bersemedi” setelah mendapatkan rejeki berupa mangsa yang sudah masuk ke dalam system pencernaannya.

Dia tidak bisa berkeliaran saat harus mencerna mangsa yang sudah didapatnya, kalau tidak mau celaka karena ada saja ancaman semasa dia bergerak lamban karena perut yang bahkan membesar. 

Sebaliknya, seekor ayam harus setiap hari mencari makan dengan paruhnya. Hanya tersimpan sedikit di tembolok kecilnya sehingga tiap hari dia harus berburu makanan sambil tiap saat juga harus waspada karena dia juga bisa jadi mangsa dari hewan buas lainnya.

Perbedaan Dua Tipe Ini

Pembeda utama dari keduanya setidaknya di dua hal. Pertama, operasional keduanya jelas berbeda; ayam cenderung daily routine operation sedangkan ular lebih kepada project operation. Kedua, adalah sistem cadangan meraka yang jelas berbeda berpijak pada sistem pencernaan yang berbeda; ular cenderung sekali makan untuk jangka waktu yang lama, sedangkan ayam berburu setiap hari untuk memenuhi tembolok kecilnya.

Bagi saya, sebagaimana senantiasa diingatkan oleh kedua mentor saya yang berbeda tadi, dengan mengenali tipe rezeki yang kita peroleh harusnya kita bisa lebih bijak dalam mencerna rezeki yang kita dapat.

Rezeki ayam bisa dicerna secepatnya, karena besok akan ada lagi. Sementara rezeki ular harus bisa dicerna secara lebih bijaksana, mengingat siklus perolehannya lebih lama dibandingkan tipe rezeki pengusaha sebelumnya.

Sebagai contoh nyata yang seringkali kita dapati;

Seseorang yang bekerja sebagai karyawan dan/atau aktivitas harian lainnya, akan cenderung mudah menghabiskan perolehan pendapatan project yang sesekali mampir kepadanya.

Misalnya, sahabat saya yang bekerja sehari-hari sebagai pedagang akan “kaget” dan cenderung boros manakala dia dapati pendapatan tambahan dari aktivitas makelar tanah misalnya.

Ular Tidak Bisa Jadi Ayam, Sebagaimana Sebaliknya

Bagian terakhir dari proses pengenalan diri adalah untuk menjadi versi terbaik dari diri kita. Jika sudah mengetahui tipe rejeki apa yang melekat pada bagian kita. Maka selanjutnya kitab isa dengan bijak menyikapinya dengan cara terbaik.

Sebagai gambaran, ular tidak bisa setiap hari berkeliaran mencari mangsa sebagaimana ayam jika tidak mau celaka. Sebaliknya, ayam juga akan tersiksa jika harus menelan pakan sebesar yang bisa masuk ke perut ular.

Salah satu rekan tumbuh saya yang saya identifikasi memiliki pola ular misalnya, beberapa kali kami coba bekerjasama warungan malah cenderung tersiksa.

Dia tidak tahan dengan aktivitas harian yang harus buka warung dan totalan di penghujung harinya. Seolah pencernaannya tidak dirancang untuk melakukan hal resiprokal sesering ayam yang mengisi temboloknya hari ini untuk besok bisa terisi lagi.

Demikian juga sebaliknya, seorang rekan tumbuh yang lahir dan besar dari berdagang akan merasa cepat lelah jika harus bekerja dari proyek satu ke proyek berikutnya. 

Semoga sharing ini bermanfaat, setidaknya sebagai pengingat diri yang bisa kami buka lagi di kemudian hari.

Leave a Reply