Tahun baru menjelang, periode kerja baru semakin dekat untuk dimulai. Lantas, bagaimana kita menghadapi periode mendatang yang seperti lazimnya hari esok, selalu menjanjikan ketidakpastian. Yang bisa kita lakukan adalah belajar.
Belajar dari masa sebelumnya dan menjadikannya sebagai bahan bakar menghadapi ketidakpastian yang akan dilalui di masa depan. Termasuk juga menghadapi perubahan yang akan selalu ada dalam setiap siklus.
Beradaptasi dengan Perubahan: Bagaimana UMKM Belajar dari Pandemi
“The lesson from the pandemic is that to grow in the post-Covid world and be better prepared for disruptions, small businesses will have to become more aggressive about investing in their future resiliency.”
(Anita Campbell – Small Business Trends)
Dalam sebuah survei, 71% profesional dari perusahaan kecil dan menengah (UKM) mengungkapkan bahwa mereka telah melakukan perubahan signifikan sebagai respons terhadap pandemi yang dilewati.
Perubahan ini, dilakukan dengan tujuan meningkatkan fleksibilitas dan responsivitas. Menandakan pergeseran mendasar dalam pendekatan bisnis terhadap gangguan dan ketidakpastian.
“If you want to grow your business, you need to make time to work on the business and not in the business,”
(Richard Bliss, Professor of Finance – Babson College)
Menilai Ulang Proses Kerja
Di garis depan dari adaptasi ini adalah penilaian ulang terhadap proses dan metodologi kerja, dengan 63% profesional yang disurvei secara aktif mengevaluasi cara mereka melakukan bisnis. Pandemi telah bertindak sebagai pemicu.
Pemicu yang mendorong UKM untuk mempertimbangkan kembali alur kerja tradisional dan mengadopsi pendekatan yang lebih fleksibel dan tangguh. Penilaian ulang strategis ini mencerminkan respons proaktif terhadap lanskap yang dinamis di mana bisnis beroperasi saat ini.
Memberikan Prioritas Operasi Harian
Temuan menarik lainnya dari survei ini adalah bahwa 60% profesional mengakui adanya pergeseran dalam prioritas, dengan operasi sehari-hari menjadi lebih penting daripada inisiatif besar yang lebih luas. Penyesuaian ini menegaskan pendekatan pragmatis terhadap manajemen bisnis, menekankan kebutuhan dan tantangan yang muncul dalam rutinitas harian. Kemampuan untuk fokus pada detail-detail mikro sambil tetap dapat beradaptasi dengan lingkungan makro telah menjadi landasan ketahanan UKM.
Secara sederhana barangkali bisa disampaikan, bahwa kondisi pandemi yang telah dilewati menjadikan pelaku UMKM berpikir dan bertindak secara lebih condong kepada pragmatism. Hal ini rasanya lebih efektif manakala kita sudah bekali dengan fleksibilitas dalam bertindak.
Pola Pikir yang Fleksibel
Tema umum yang muncul adalah kultivasi pola pikir yang fleksibel dalam UKM. Kemampuan untuk bergerak dengan cepat sebagai respons terhadap gangguan, baik eksternal maupun internal, telah menjadi faktor penentu dalam kelangsungan hidup dan kesuksesan perusahaan-perusahaan ini.
Fleksibilitas bukan lagi sekadar kata yang populer tetapi menjadi suatu keharusan strategis, dan UKM dengan aktif menyematkannya ke dalam DNA organisasional mereka.
Dalam hal fleksibilitas menjadi sebuah keharusan, maka kecepatan kemudian harus juga seiring sejalan. Secara natural, UMKM yang cenderung memiliki ukuran usaha yang relative kecil memang memiliki kecepatan sebagai bakat bawaan. Tapi tentu masih dibutuhkan optimasi alat-alat bantu yang menjamin terjadinya keselarasan antara kecepatan dan fleksibilitas tadi.
Teknologi sebagai Fasilitator
Aspek penting dari adaptabilitas ini adalah peran teknologi. Banyak UKM telah memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menyederhanakan proses, meningkatkan komunikasi, dan memfasilitasi kerja jarak jauh.
Pandemi bertindak sebagai pemicu untuk adopsi teknologi digital yang dipercepat – termasuk perkembangan digital marketing dalam bisnis. Menjadikan bisnis-bisnis ini tidak hanya lebih tangguh di hadapan gangguan tetapi juga lebih efisien dan kolaboratif.
Sebagai sebuah contoh konkrit, saat ini sudah menjadi sebuah kelaziman untuk meeting pertama dengan calon klien dilakukan secara online tanpa tatap muka secara fisik.
Hal ini selain memberikan fleksibilitas waktu juga memberikan ruang yang lebih longgar untuk persiapan dan inovasi dalam menciptakan impresi kepada calon klien dimaksud.
Membangun Ketangguhan untuk Masa Depan
Saat UKM terus menavigasi ketidakpastian yang ditimbulkan oleh pandemi, tindakan adaptif ini mewakili pergeseran dasar menuju ketangguhan. Penilaian ulang terhadap proses kerja, pemberian prioritas terhadap operasi sehari-hari, dan integrasi teknologi secara bersama-sama berkontribusi untuk membangun ketangguhan organisasional yang akan sangat berharga menghadapi tantangan masa depan.
Dalam konteks Indonesia, tahun 2024 memberikan gambaran ketidakpastian yang juga lebih besar. Dengan diselenggarakannya pemilihan umum sebagai agenda politik di awal tahun dan di akhir tahun, maka praktis banyak sekali faktor di luar kendali UMKM yang akan mempengaruhi operasional usaha.
“Great entrepreneurs set up systems that allow other people to do things that the entrepreneur doesn’t need to do. You need to delegate things so that you have time to think big thoughts, find big clients, or get bigger deals”
(Steve Strauss, small-business columnist for USA Today)
Perubahan Bukan Untuk Ditakuti! Namun Dirangkul
Dengan merangkul perubahan, mengevaluasi prioritas, dan memanfaatkan teknologi, perusahaan-perusahaan ini tidak hanya bertahan dalam badai; mereka secara aktif membentuk masa depan yang lebih tangguh dan fleksibel.
Kemampuan untuk menavigasi perubahan telah menjadi ciri khas kesuksesan bagi perusahaan kecil dan menengah, mendorong mereka menuju pertumbuhan yang berkelanjutan dalam lanskap bisnis yang selalu berkembang.