“Mas, jadi berapa nilai perusahaan saya sekarang?”
Ini pertanyaan yang seringkali mendarat kepada saya. Beberapa kemudian saya jawab singkat;
“Tergantung berapa Anda menghargai ide dan perjalanan panjang anda mewujudkannya sampai dengan detik ini?”.
Dua Aliran dalam Menghitung Nilai Perusahaan
Sependek yang saya pelajari, ada dua aliran yang pernah mengemuka menjadi basis pengukuran nilai sebuah usaha. Setidaknya dalam konteks usaha pemula dan UMKM yang sehari-hari saya geluti.
1. Nilai Usaha dari Laporan
Pertama, dan sebenarnya ini bukan urutan hanya karena sesuai background saya; adalah aliran yang menghitung nilai perusahaan dari sisi kesehatan laporan keuangan. Sederhananya, membaca laporan keuangan seperti membaca rekaman aktivitas bisnis dari perusahaan.
Dari sana bisa terbaca sejuah apa langkah yang sudah ditempuh oleh sebuah bisnis. Dan, dari rekam jejak tersebut dapat dilakukan prediksi dari seberapa jauh perusahaan bisa melangkah ke depannya.
2. Nilai Usaha dari Kapitalisasi Pasar
Kedua, dan sekali lagi bukan karena sebuah urutan hanya karena ini bukan bidang yang saya geluti; adalah aliran yang menghitung nilai perusahaan dari sisi kapitalisasi pasar yang ada. Sederhananya, aliran ini lebih memperhitungkan masa depan perusahaan dari potensi yang ada.
Aliran ini optimis melihat bahwa jika ada pasar tervalidasi maka perusahaan bisa lebih berfokus pada bagaimana melayaninya sehingga nilai perusahaan bertambah seiring kemampuannya menjadi solusi bagi permasalahan pelanggan.
Titik Temu
“Jadi bagaimana cara menghitungnya Mas?” Tanya salah satu rekan tumbuh saya. Tentu tidak semudah itu pergussoh…
Jadi gambaran yang seringkali saya berikan kepada beberapa rekan tumbuh adalah;
Bahwa menilai perusahaan untuk diperjual-belikan tidak sesederhana membeli rumah dengan analisa berbagai aspek sebagaimana dilakukan oleh appraisal.

Ya, dengan segala hormat, memang pekerjaannya sama-samai menilai (to appraise) tapi karena objeknya berbeda jadi tentu tingkat kerumitannya berbeda. That’s all.
Jari ringkasnya, menilai perusahaan adalah gabungan dari menilai kondisi sekarang dan histori pencapaiannya dengan menggunakan laporan keuangan. Kemudian menggunakannya sebagai predictor masa depan perusahaan dengan mempertimbangkan data pasar dan kapitalisasinya.
Itulah yang saya sebut sebagai titik temu. Sehingga kita tidak dibutakan dengan kejayaan masa lalu dari sebuah perusahan, tapi juga tidak disilaukan dengan kapitalisasi pasar yang dijanjikan.
Teknis Bagaimana Mengukur Nilai Perusahaan
Sejengkal saja ilmu saya soal ini, tapi setidaknya gambarannya seperti ini. Menghitung nilai sebuah perusahaan untuk akuisisi melibatkan berbagai faktor finansial dan non-finansial. Salah satu metode yang umum digunakan adalah analisis Discounted Cash Flow (DCF), yang mengestimasi nilai sekarang dari arus kas masa depan yang diharapkan dari perusahaan. Berikut adalah panduan langkah-demi-langkah:
1. Analisis Laporan Keuangan
Dapatkan laporan keuangan perusahaan target, termasuk laporan laba rugi, neraca, dan laporan arus kas. Analisis kinerja historis, tingkat pertumbuhan, dan kesehatan finansial.
2. Proyeksi Arus Kas Masa Depan
Buat proyeksi rinci untuk arus kas masa depan perusahaan. Ini umumnya melibatkan proyeksi pendapatan, biaya operasional, pajak, dan belanja modal. Pertimbangkan periode proyeksi selama 5 hingga 10 tahun.
3. Tentukan Tingkat Diskonto
Tentukan tingkat diskonto yang sesuai, sering disebut sebagai Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC). WACC mencerminkan biaya pembiayaan operasi perusahaan dan digunakan untuk mendiskonto arus kas masa depan kembali ke nilai sekarang.
4. Diskonto Arus Kas Masa Depan
Gunakan formula DCF untuk mendiskonto arus kas masa depan kembali ke nilai sekarang. Formula tersebut adalah:
DCF = CF1(1+r)1+ CF2(1+r)2+… CFn(1+r)n
Di mana
CF mewakili Arus Kas untuk setiap tahun yang sesuai,
r adalah tingkat diskonto,
n adalah jumlah tahun ke depan.
Sederhananya, rumus ini membawa nilai arus kas dari setiap tahun menjadi nilai saat ini, saat diperlukannya pengembilan keputusan.
5. Hitung Nilai Terminal
Estimasi nilai terminal, yang mewakili nilai perusahaan di luar periode proyeksi. Ini sering dihitung menggunakan Model Pertumbuhan Gordon atau metode lain yang sesuai.
6. Jumlah Nilai Sebagai Nilai Sekarang
Tambahkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dan nilai terminal untuk mendapatkan nilai perusahaan secara keseluruhan.
7. Perhitungan Hutang dan Kas
Sesuaikan nilai perusahaan untuk hutang dan kas perusahaan target. Kurangkan hutang perusahaan dan tambahkan kasnya untuk mendapatkan nilai ekuitas.
8. Pertimbangkan Metode Penilaian Lain
Sementara DCF banyak digunakan, pertimbangkan metode penilaian lain seperti analisis perusahaan sebanding (CCA) dan transaksi terdahulu. Metode-metode ini melibatkan perbandingan perusahaan target dengan perusahaan serupa atau transaksi akuisisi sebelumnya.
9. Negosiasi dan Pemeriksaan Akhir
Nilai yang dihitung merupakan titik awal. Negosiasi dengan pihak penjual dan pemeriksaan akhir yang cermat dapat menghasilkan penyesuaian pada harga akuisisi final.
10. Libatkan Profesional
Libatkan penasihat keuangan, bankir investasi, atau ahli penilaian untuk memastikan akurasi dan ketidakberpihakan dalam proses penilaian.
Penting untuk diingat bahwa penilaian adalah seni dan ilmu. Kondisi pasar, tren industri, dan keadaan khusus perusahaan target semua dapat memengaruhi penilaian final. Selalu cari nasihat profesional ketika melakukan analisis keuangan kompleks untuk akuisisi.
