Seiring beralihnya aktivitas dari zona karyawan menjadi
full-enterpreneur, maka tawaran investasi dan kerjasama dalam bisnis menjadi semakin sering kami hadapi. Reaksi kami pun, dari yang semula haus investasi (ini biasanya dialami oleh pemula seperti kami), sampai kemudian pilah-pilih.
Baca juga: Tips Bekerja dari Rumah
Hingga akhirnya kami bisa petakan mana yang feasible mana yang hanya “ngamen” mencari pemula untuk merasakan manisnya rugi di dunia bisnis dan/atau investasi. Dari berbagai pengalaman itulah, kami coba rangkum dalam sharing Suluk Raden Kopi kali ini tentang 3 Tips Investasi a la Raden Kopi.
Tips Investasi A La Raden Kopi
Mungkin buat kalian, tips investasi berikut ini sudah biasa. Tapi setidaknya, inilah yang kami alami dan kami ingin bagikan di sini.
#1. Selalu Ingat Aturan Baku: High Risk High Return
Tips investasi yang pertama ini adalah semacam credo di dunia investasi : High Risk – High Return. Bahwa untuk mendapatkan hasil lebih tinggi sudah sewajarnya resiko yang akan muncul juga lebih tinggi. Artinya, semakin banyak potensi untung juga harus dibaca sebagai semakin banyak potensi ruginya.
Terlihat sederhana memang, tapi seringkali faktor inilah yang luput dari perhatian kita di awal adanya tawaran investasi dan/atau kerjasama bisnis. Kebanyakan justru terjebak pada paradoks pemahamannya; kita tergiur untung yang besar dengan resiko seminimal mungkin.
Baca juga: Tips Mengundurkan Diri dari Kerja
Resiko yang nampak mengecil ini, biasanya berkamuflase dalam bahasa: kepastian return. Padahal, dalam investasi dan/atau bisnis; kepastian yang hakiki adalah ketidakpastian itu sendiri.
Jika kita selalu berpegang pada pemahaman yang utuh tentang credo ini. Maka kemungkinan kita tergiur pada tawaran investasi abal-abal akan hilang setidaknya 50%. Itu menurut kami ya. Sisa 50%-nya? baca terus tips berikutnya ya.
#2. Pegang Selalu Nilai Bisnis Ini: Trust itu Diperoleh bukan Diminta
Saya pernah sharing di sebuah blog lain bahwa modal utama berwirausaha itu bukan uang, tapi kepercayaan. Dalam praktiknya, trust atau kepercayaan ini tidak pernah diminta. Kepercayaan sesungguhnya harus diperoleh sehingga baru bisa disebut kepercayaan.
Dalam hal membangun kepercayaan dalam bermitra, banyak orang memiliki standar masing-masing. Yang tentunya berbeda kadar dari satu orang dengan lainnya. Lalu bagaimana penerapannya dalam menganalisa sebuah tawaran investasi dan/atau kerjasama bisnis?
Sederhana saja, gunakan ukuran paling sensitif untuk pribadi anda sebagai penilaian awal. Selebihnya akan muncul intuisi-intuisi tidak terduga seperti yang pernah saya alami berikut ini.
Dalam perjalanan saya berwirausaha yang baru seumur jagung ini, ada satu hal yang selalu saya pegang dalam hal bermitra;
“Tidak akan lebih tinggi seseorang dengan merendahkan orang lain, tidak akan lebih mulia seseorang dengan menghinakan orang lain.”
Biasanya, dalam hal kita bertemu dengan orang baru, sudah sewajarnya kita mencoba mencari orang-orang yang dia kenal dan kita juga kenal. Meski terkadang korelasinya terlalu jauh, biasanya ini efektif menjadi “jembatan” untuk saling menakar reputasi masing-masing dalam industri yang akan kita kerjasamakan baik dalam bentuk investasi maupun kooperasi. Ketika membicarakan orang yang saling kita kenal itulah kemudian kita bisa menakar bagaimana nilai calon partner kita ini.
Baca juga: Belajar dari Kekecewaan
Terlepas dari benar atau tidaknya hal yang dibicarakan, tentu akan lebih elok apabila kita bisa mendapati kesimpulan bahwa calon partner kita bisa menjaga diri dari merendahkan dan/atau menghinakan pribadi orang yang kita sebut “jembatan perkenalan” itu tadi.
#3. The Devil is in The Detail
Setelah tawaran investasi kita takar wajar dalam hal resiko dan return yang dijanjikan. Setelah kita sekadar yakin atas kepribadian calon partner kita. Tips terakhir ini yang butuh tenaga ekstra namun butuh kecepatan karena merupakan pertimbangan terakhir kita menyatakan iya atau tidak.
Yup, detail terkait kerjasama menjadi sebuah tahapan yang wajib dipertimbangkan. Karena biasanya dalam detail itulah muncul banyak ketidak-cocokan yang bisa merusak kedua pertimbangan yang sebelumnya di-iyakan.
Sebagai contoh; termin pengembalian investasi, hitungan bagi hasil yang disepakati, mekanisme pembayaran, dll. semuanya bisa menjadi batu sandungan yang mampu meruntuhkan hubungan baik jika tidak disepakati di awal secara terperinci.
Dalam fase inilah, sesungguhnya kehadiran akuntan sebagai pihak ketiga sangat dibutuhkan. Professionalismenya harus mampu menjadi pemberi keyakinan
(assurance) bagi kedua pihak bahwa dalam perjalanan kerja sama bisnis yang sudah pasti penuh ketidakpastian akan bisa diselesaikan dengan jalur yang saling memenangkan
(win-win solution).
Featured Link: IDpreneurs – Konsultan Bisnis Usaha Anda
Sekian sharing dari kami, semoga bisa menjadi manfaat bagi semua.
@hartantoID